Di Surabaya Ngapain aja????

Surabaya… Kota kedua terbesar dan terpadat setelah jakarta. Saat pertama kali sampai di surabaya kita akan disambut dengan pemandangan kota yang bersih dan rapi, terlihat sekali hasil kerja keras bu Tri Rismaharini membenahi kota Surabaya selama menjadi walikota.

Heritage 

Jika ditotal-total kurang lebih 3 bulan aku di kota pahlawan ini, menginap di Hotel Country Heritage apartemen no.6, Jl. Nginden Intan Utara 7 bersama anggota tim audit lainnya. Banyak suka duka yang terjadi disini, ngerjain laporan sampai pagi, kamar mandinya yang cuma tiga untuk ber-12 orang  (ini nih yang bikin selalu kesiangan datang ke kantor kalau malamnya begadang ngerjain laporan), pagi-pagi selalu denger bunyi kapal terbang (padahal bunyi lagi di fogging, di luar banyak nyamuk soalnya), de el el.

halaman

Hotel Country Heritage

Yang paling aku suka di sini adalah kolam renangnya, bisa dipakai kapanpun sesuka hati. Kolam renang ini sangat berjasa, yang dari awalnya aku ga bisa renang jadi jago renang beberapa gaya. hehe..

Karena ke surabaya dalam rangka tugas kerja bukan jalan-jalan tok, ga semua tempat wisata sempat dijelajahi. bisa keluar jalan juga paling sabtu-minggu (itupun kalau kerjaaan belum deadline dan seijin ketua tim).

Kalau ditanya selama di surabaya udah ngapain aja? Nah ini dia:

1.Hutan Mangrove Wonorejo

Main? Main tu ke alam, itu baru namanya main. Ke mall? Mall mah buat belanja bukan main. Entah kenapa aku lebih suka wisata-wisata alam dibanding nge mall (mall kan gitu2 aja ya), makanya ketika ada hutan mangrove di surabaya, langsung cuss, tempatanya bagus, cuma karena week end jadi terlalu banyak orang yang lalu lalang dan ga bisa maksimal ngedapetin angel foto yang bagus.

IMG_4379

IMG_4421

Beuuhhh.. Cover Boy..

2. Monumen Jalesveva Jayamahe

Jika New York punya Patung liberty, maka surabaya punya monumen Jalesveva Jayamahe. Jalesveva Jayamahe sendiri merupakan semboyan TNI-AL yang artinya di laut kita jaya. Awalnya agak ragu juga saat menuju kesini, bukan objek wisata soalnya, dan karena berada di lingkungan TNI-AL penjagaannya sangat ketat, harus melewati beberapa gerbang penjagaan agar bisa masuk dan ktp wajib ditinggal. Penjaga juga mewanti-wanti ga boleh foto-foto disana, ga boleh bawa kamera, kalau ketahuan bisa ditahan katanya, isshh ngeri kaliii…

Tapi pas masuk, ternyata banyak juga yang foto-foto disana,,, hadehh,, bapak-bapaknya nakutin doank.. yasudah, akhirnya kita juga jepret sana jepret sini..

Ga ada larangan bawa kamera ternyata.. Bapak TNI nya aja mau diajakin narsis bareng.. haha
IMG_4629

Pemandangan Tanjung Perak terlihat jelas dari Kaki Patung Monjaya.. Di atas anginnya kenceng banget, kerudung terbang kemana-mana, ga disarankan naik kesini pakai rok mini loh ya, ntar malah kayak marilyn monroe..

IMG_4719

Kapal Dewaruci.. Hoki banget, pas ke sini Kapal Dewaruci Lagi Parkir. Kapal ini adalah kapal layar TNI-AL yang udah kemana-mana keliling dunia buat latihan pelayaran bintang.

IMG_4743

Narsis di atas Dewaruci.. Mumpung lagi parkir!!!

3. Jembatan Suramadu Udah ke Surabaya tapi ga ke Madura?? Nanggung bangetttt..

IMG_4480

Setelah jembatan suramadu, di sepanjang jalan madura banyak yang jualan aksesoris khas madura.. Lucu-lucu..

IMG_4476

Pak, senyum dikit napa.. 😦

IMG_4530

Suramadu Bridge

IMG_4520

Lagi-lagi Kaper Boyyyy…

IMG_5807

Ini nih bebek terenak sejagad raya.. Bebek Sinjay!!! adanya di madura. Kita kesininya pas week end , pas jam makan siang pula, walhasil penuh beud… Rebutan kursi…

4. Pantai kenjeran

Idealnya kalau ke pantai bakal ketemu pasir, ombak, dan laut kan ya, tapi di kenjeran ga bakal ketemu pasir ama ombak doang, disana bisa ketemu Patung Budha 4 wajah, ketemu Dewi Kwan Im, dan bangunan-bangunan unik lainnya. Tapi berhubung pas kesananya udah sore dan gerimis, ga sempet ngejelajahin semua pantai kenjeran.

IMG_5870

Pssstttt… ada yang lagi sembahyang..

5. Kuliner

Taman Bungkul adalah taman terbaik di Surabaya, tapi yang berkesan buatku di sini adalah makanannya. Banyak makanan di sekitar taman bungkul, diantaranya Mie Akhirat yang pedesnya berlevel-level sampai bikin salah satu anggota tim gejala tipes gara-gara makan mie pedes level 5 (yang artinya 25x lipat pedesnya). Trus juga ada Rawon, yang terkenal itu Rawon Sedap Malam Kalkulator. Namanya bawa-bawa kalkulator karena pelayannya ngitung pesananan cepet banget, lebih cepet dari kalkulator, cuma ngoceh-ngoceh sendiri dan ngasih tau harganya, ga meleset sedikitpun.

Di surabaya juga ada sate klopo, trus ada rujak cingur (rujak lidah, lidah sapi), trus juga ada baso Jagalan 87 yang porsinya banyak, ngabisinnya juga capek, makin dimakan malah ga habis-habis. Kalau ga lapar-lapar amat mending jangan kesini deh h ya, mubazir.

Ada lagi Soto yang terkenal di Surabaya, yaitu soto lamongan cak Har, trus juga ice cream zangrandi yang udah tua bingit, udah ada sejak jaman belanda dari tahun 1930.

6. Mall

Mau blanja baju? spatu? nonton? apalagi ngeburu diskon akhir tahun, nah baru lah Mall tempatnya. Mall di Surabaya banyak, tinggal pilih mau kemana. Ada Tunjungan Plaza (TP1-TP4), BG Junction, City of Tomorrow (CITO), Galaxy, Grand City, Surabaya Town Square (Sutos), dan masih banyak lagi.

7. Oleh-oleh khas Surabaya

Abis dari luar kota pas pulang pasti ditagih oleh-oleh, dan kalau ga mau repot, ya bawain makanan aja yang banyak buat oleh-oleh. Tempat oleh-oleh khas Surabaya salah satunya ada di Pasar Genteng, tinggal pilih mau oleh-oleh khas Surabaya yang mana. Ada Sambal Udang Bu Rudy, Spikoe Resep Kuno, Almond Chrispy, dan masih banyak lagi. Oleh-olehnya juga bisa langsung dipaketin pulang, jadi ga usah repot nenteng-nenteng kardus di bandara.

almond

Sumber: Internet

Kalau mau oleh-oleh baju kaos khas Surabaya datang saja ke Toko Cak-cuk. Bajunya di desain dengan kata-kata khas Surabaya tapi kebanyakan kata-katanya agak jorok gitu, jadi jangan sembarang beli da harus tau dulu arti kata-kata yang ada di kaosnya, jangan ntar pas udah dipake dan artinya agak gimanaaa gitu, kan malu-maluin hehe…

IMG_4536Buat yang masih bingung kalau ke Surabaya mau ngapain, setidaknya udah dapet sedikit pencerahan donk.. 🙂

Nenek Moyangku Pahlawan Bukan Pelaut

IMG_222723

Tugu Perang Kamang di Simpang Pintu Koto

Hari ini adalah hari paling bersejarah. 106 tahun yang lalu, tepat pada hari ini daerah Kamang pernah bermandi darah, yakni saat Perang Kamang terjadi.

Memang perang yang satu ini tidak tercatat dalam buku-buku sejarah yang diajarkan di bangku sekolah, tapi semangat juang para pahlawan kita tak kalah membara dibanding pahlawan-pahlawan lain yang memperjuangkan  tanah air ini.

Khusus bagi kita penduduk Kamang sendiri, tahukah kisah dari perang kamang itu sendiri? atau bagaimana perang ini bisa terjadi? Jangan-jangan kita sama sekali tidak tahu karena menganggap hal itu tidaklah penting untuk diketahui. Jangan-jangan ada yang sampai hati berkata “Buat apa? Toh itu hanya masa lalu yang telah terjadi lebih dari seratus tahun lalu”.

Lalu pernahkah kita sempat berfikir, kira-kira kenapa ya orang-orang itu mau segitunya hingga rela mengorbankan nyawa mereka? Apa yang sebenarnya mereka pertahankan?

Untuk itu ada baiknya kita simak cerita mengenai Perang Kamang itu sendiri, agar kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah nyata ini, serta bisa menceritakan dan mengingatkan kepada anak cucu mengenai betapa gigih perjuangan nenek moyang kita dan kekuatan hati mereka untuk menentang Belanda yang bertindak seenaknya di negeri ini.

Oleh karena itu, berikut akan dipaparkan kisah Perang Kamang yang saya ringkas dari buku “Bunga rampai perang kamang 1908” oleh tim penyusun yang diketuai oleh drs. Djazuli Dt.Gampo Marajo.

~~~

Pada pertengahan tahun 1908 terjadi Perang Kamang yang menggemparkan seluruh Bukittinggi. Kamang adalah sebuah daerah yang terletak kira-kira 16 Km dari Bukittinggi dan rakyat disana berontak terhadap kekuasaan Belanda. Kerugian begitu besar diderita tentara Belanda bersenjata senapan lengkap karena mereka disergap pada malam hari oleh sekumpulan rakyat yang bertekad “Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup becermin bangkai”.

Penyulut pemberontakan ini adalah peraturan Hindia Belanda yang mewajibkan rakyat Minangkabau membayar pajak langsung (Blasting). Sebelum itu rakyat sudah dikenakan pajak tak langsung dengan mengadakan perjanjian bahwa rakyat bersedia menanam kopi untuk pemerintah Belanda sebagai pembalas jasa, tetapi rakyat menganggap ini sebagai upaya untuk menundukkan rakyat kepada kekuasaan Belanda. “Orang Belanda yang diterima dulu sebagai kawan, sekarang bersikap sebagai penjajah dan penindas” Begitulah buah kata orang-orang dalam percakapan pada masa itu.

Cerita bermula saat Louis Constant Westenenk, atau biasa disebut Siteneng (Plesetan lidah Minang atas namanya), seorang pejabat kolonial Belanda yang ditempatkan sebagai kontrolir di onder afdeling Agam Tua (setingkat Bupati), mengumpulkan kepala laras/lareh (setingkat Camat) di bawah pimpinannya, yang dijabat oleh pribumi terkemuka. Kurang lebih ada 8 laras yang dikumpulkan untuk rapat di Bukittinggi, salah satunya kepala laras Kamang yaitu Garang Datuak Palindih. Dalam rapat disampaikan bahwa para laras harus memaksa rakyat menerima putusan pemerintah untuk memberikan pajak kepada Belanda.

Setelah pulang dari rapat, masing-masing kepala laras menyampaikan hasil rapat kepada tokoh masyarakat di laras mereka masing-masing. Di Laras Kamang sendiri, banyak yang mengambil sikap untuk tidak membayar pajak dan tidak akan tunduk kepada peraturan pemerintah. Semenjak saat itu, rapat-rapat seringkali digelar untuk membulatkan suara rakyat, “Tidak akan membayar blasting dan tidak akan tunduk kepada Belanda”

Nama-nama Para Syuhada Perang Kamang

Nama-nama Para Syuhada Perang Kamang

Diantara tokoh pemimpin perlawanan rakyat yang terkenal diantaranya Haji Abdul Manan (Salah seorang ulama terkemuka, Pimpinan di Kamang Mudiak), Datuak Rajo Pangulu (Pimpinan Kamang hilir), Datuak Parpatiah (Magek), Haji Jabang (Pauah), Kari Mudo (Kemenakan Laras Kamang), dll.

Pertemuan dan rapat yang sering digelar oleh para pemimpin perlawanan tersebut akhirnya berujung satu keputusan : “Perang dengan Belanda”.

Lambat laun apa yang dibicarakan dalam rapat diketahui oleh Belanda. Belanda mulai khawatir hasutan-hasutan anti pajak ini bisa meluas ke daerah lain. Hari ini mungkin anti pajak, besok bisa saja meningkat jadi sikap anti Belanda atau tegasnya anti jajahan. Juga diketahui bawa pembikinan senjata tajam, jimat kebal peluru dan kain-kain kafan untuk mati jihad telah banyak dibagikan.

Memang saat itu bengkel-bengkel besi sibuk membuat senjata tajam, latihan silat diadakan setiap malam. Sementara rakyat dengan tegas mengancam akan membunuh kepala-kepala keluarga yang membayar pajak. Jika seorang memulai, semua akan ikut membayar, karena pada saat itu harta jarang sekali ada yang milik pribadi, semuanya milik kelompok/kaum.

Hal ini sampai juga ke telinga Westenenk, hingga akhirnya tidak ada lagi usaha mencegah, sekarang harus menyerang. Westenenk pun sudah memutuskan untuk menghajar rakyat disana.

Senin Malam 15 juni, rencananya Westenenk akan memberangkatkan serdadu-serdadunya dari Fort De Cock (Bukittinggi), dan di Simpang Ampek Sungai Tuak pasukan dipecah, satu pasukan menuju Magek untuk menankap Dt. Parpatiah, satu pasukan menuju Pakan Sinayan menangkap Haji Abdul Manan, dan satu lagi ke Aia Tabik untuk menangkap Haji Jabang di Pauah (Ceritanya Westenenk mau menangkap para pemimpin pemberontakan di berbagai kampung). Sementara itu, bersiap pula pasukan rakyat untuk menyambut kedatangan Belanda karena kedatangan Belanda tersebut telah bocor kepada salah seorang pejuang, yakni Haji Mukmin.

Para pemimpin sudah berkumpul semenjak hari Minggu sore untuk membahas taktik perang, dimana pasukan Westenk akan dijepit dari segala jurusan dengan meletakkan pasukan-pasukan di tempat pertahan yang sudah direncenakan. Taktik perang yang dipakai adalah perang gerilya. Rakyat akan bersembunyi dalam semak-semak, rumpun padi, dan paya-paya di tepi jalan raya. Kode disusun, mengingat peperangan akan dilakukan malam hari, maka jika rakyat bertemu rakyat malam itu harus meneriakkan “hurdah” dan dijawab dengan “roda”. Teriakan ooiii dan siulan panjang menanda kode perintah mulai menyerang.

Alam Kamang waktu itu memungkinkan berhasilnya taktik perang gerilya tersebut. Tepi-tepi jalan raya yang bersemak dan berpaya serta rumpun padi yang sedang terbit menyukarkan musuh. Selesai petunjuk diberikan, masing-masing pimpinan kembali ke tempat masing-masing untuk mengatur pasukan mereka sesuai petunjuk yang diterima, kecuali Dt. Rajo Pangulu, pimpinan pasukan Kamang Hilir beserta istrinya Siti Asiah. Mereka bersama Haji Manan tetap di Kampuang Tangah untuk mengambil tindakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Sementara pasukan Kamang Hilir sebelumnya sudah dipersiapkan di bawah pimpinan Kari Mudo sehingga cukup diutus kurir untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut kepada Kari Mudo.

Jam 11 malam, hari Senin, sampailah induk pasukan tentara Belanda yang dipimpin Westenenk di Simpang Ampek Kampuang Tangah. Pencarian berlangsung cukup lama karena Belanda terus dioper-oper dengan alasan mungkin Hj.Manan di rumh istri beliau yang lain (sebab Hj.manan beristri tiga) sehingga Belanda menggeledah rumah istri Haji Manan satu persatu, padahal beliau sendiri berada di kampuang tangah, dan ini cukup untuk mengulur waktu sehingga pasukan rakyat melakukan persiapan dengan maksimal. Sementara itu di luar, pasukan gerilya bahkan ada yang sudah mencicil pekerjaannya dengan menghabisi satu per satu pasukan Westenenk.

IMG_2443

Gerbang Makam Pahlawan dan Mushala Syuhada di Taluak. Dulunya Mushala ini adalah sebuah mesjid, namun akibat kebakaran, beberapa tahun kemudian mesjid tersebut dipindahkan ke Ampang yang sekarang lebih dikenal dengan Mesjid Wustha.

Jam 2.30 tabuh mulai dipukul, beberapa saat kemudian bunyi tabuh bersahut sahutan di seluruh Kamang disambung lagi dengan tontong. Orang mulai berteriak “Belanda telah Masuk” dan dari jauh terdengar teriakan Allaahuakbar yang disusul dengan teriakan oiii dan siulan panjang. Mendengar suara itu Westenenk  sangat terkejut, pluit segera ditiup, disusul bunyi terompet pasukan Belanda.

Pasukan gerilya yang semenjak tadi memperhatikan musuh dari semak-semak tempat mereka bersembunyi langsung menyerbu pasukan Westenenk yang dalam kebingungan dan tidak mengetahui darimana datangnya penyerangan tak terduga itu, mereka menembak membabi buta tidak tau arah tujuan, perang pun berkecamuk.

Dalam suasana yang demikian, Haji Manan, Dt. Rajo Pangulu serta Siti Asiah ikut turun menyerang musuh ke tengah-tengah pasukan Belanda, menebas ke kiri, menebas ke kanan. Di sana-sini terdengar raung dan pekik orang terkena tebasan yang sangat mengerikan. Pertarungan sengit tersebut berjalan kurang lebih 2  jam dengan dahsyatnya, dimana masing-masing pihak mencari musuh dalam gelap gulita. Pasukan pertama Belanda tersebut habis terbunuh, terkeculai Westenenk yang berhasil lolos dan kabur ke Batusangkar melalui daerah Baso berkat bantuan Angku suku Aia Tabik (Angku Suku Marah).

Setelah pertempuran pertama ini selesai, suasana menjadi sepi. Para pemimpin kembali berkumpul untuk mengatur siasat selanjutnya. Sementara itu 2 gelombang pasukan Westenenk yang sebelumnya dipecah ke arah magek dapat menerobos pertahanan Dt.parpatiah Magek dan Dt. Majo Indo Koto Tangah. Hal ini mengakibatkan pasukan Belanda  yang dari Magek dan Pauah berhasil mencapai Kampung Tangah di luar perhitungan para pejuang.

Mengetahui pasukan Belanda yang dipecah ke Pauah dan Magek sedang menuju Kampuang Tangah, maka pasukan Kamang Hilir yang dipimpin oleh Kari Mudo pun datang memberikan pertolongan, namun pasukan ini tiba-tiba dihujani oleh tembakan musuh di jalanan, lepas dari jembatan Koto Panjang menuju Kampuang Tangah. Mereka sama sekali tidak mengira pasukan musuh ternyata sudah ada di sekitar itu. Pasukan Kamang Hilir  terkepung dan  hampir seluruhnya dihancurkan oleh Belanda.

Pertempuran kedua ini terjadi kira-kira pukul 4.30 hingga menjelang fajar. Pada pertempuran kedua inilah para pejuang banyak yang gugur, termasuk Hj.Abdul Manan (pimpinan dari Kamang Mudiak), Dt.Rajo Pangulu (pimpinan Kamang Hilir) beserta istrinya Siti Asiah yang baru berumur 21 tahun dan belum dikaruniai anak. Selain siti Asiah, ada satu pejuang wanita lagi yang ikut gugur dalam pertempuran, yaitu Siti Anisah.

Setelah pertempuran usai, fajar mulai menyingsing, para pimpinan yang masih hidup berunding tentang langkah-langkah selanjutnya. Di pihak rakyat gugur 71 orang, sedangkan di pihak Belanda hanya sedikit yang bisa selamat dan kembali ke Bukittinggi. Maka dengan persetujuan masing-masing pimpinan, jenazah Dt. Rajo Pangulu dan istrinya digotong oleh pasukan Kari Mudo untuk dibawa ke Kamang Hilir berikut para syuhada Kamang Hilir lainnya. Jenazah mereka dikumpulkan di Mesjid Taluak dan kemudian dikebumikan di depan mesjid tersebut.

IMG_2449

Para Syuhada Perang Kamang 1908

Selasa 16 juni 1908 adalah hari berkabung bagi seluruh rakyat Kamang. Pagi hari selasa itu kelihatan orang berbondong-bondong, ada yang meratap, ada yang menangis sambil berjalan mencari keluarganya, ada yang kehilangan anak,ada yg kehilangan saudara atau suami. Dari Simpang Pintu Koto sampai Kampuang Tangah menghitam orang tak putus-putusnya. Mayat bergelimpangan di tengah jalan, di dalam banda (selokan) di tengah sawah dan di dalam rumpun padi. Dengan hati sedih tiap-tiap orang melalui tempat itu berjalan memperhatikan muka mayat yang gugur, kalau-kalau ada keluarga yang dicari.

Di pihak lain, yaitu pihak Belanda dan kaki tangannya terjadi pula kesibukan mengangkut mayat-mayat serdadu Belanda yang tewas dalam pertempuran malam itu, evakuasi dipimpin oleh Tuanku Lareh Tilatang. Kepala-kepala negri serta orang-orang yang membantu Belanda mengerahkan orang rantai (orang hukuman yang dirantai kakinya) untuk mengangkut mayat serdadu Belanda dengan pedati ke Bukit Tinggi. Menurut keterangan penduduk lebih dari 18 pedati tolak, penuh dengan mayat yang ditarik oleh orang-orang rantai di pagi-pagi buta sebelum orang-orang berduyun ke Kampuang Tangah.

Dari laporan Westeanenk kepada Gubernur Jendral, hanya 160 orang pasukan Belanda yang meninggal, namun menurt kabar setempat dan taksiran yang dapat dipercaya, pasukan Belanda yang mati melebihi angka 250 orang. Ini tidak mengherankan, selain hanya senjata tajam ditambah jimat-jimat yang begitu laris waktu itu, cara rakyat menyerang (seperti ditulis westenenk dalam laporannya) sama sekali bertentangan dengan teori perang gerilya modern. Mereka menyerang tidak secara kilat di tempat-tempat tak terduga, atau dalam klmpok-kelompok kecil. Sebaliknya, mereka menyerang perlahan-lahan, berbondong-bondong di lapangan terbuka , dan hasilnya adalah pembantaian menyedihkan.

Namun, yang patut kita salut terhadap keberanian membabi buta mereka adalah semangat juang yang tinggi. Kisah pejuang wanita mendapat tempat tersendiri. Siti Anisah yang  berjuang dan ikut gugur, rela meninggalkan anaknya yang masih kecil, kemudian keberanian Siti Asiah menghajar Belanda dalam pertempuran. Walau dirinya masih muda dan catik jelita tapi dia tidak mengenal takut sedikitpun, menyongsong ke tengah pasukan musuh dengan rambut teruari panjang, dan selalu setia mendampingi suaminya yang juga merupakan tokoh pimpinan perang karena tidak sampai hati melepas suaminya berjuang sendiri melawan Belanda. Begitupula kepala laras Kamang, Dt. Palindih. Jarang ada kepala laras terang-tersangan memihak rakyat dengan segala resiko. Dia lebih memperhatikan apa yang terkandung dalam hati sanubari rakyat ketimbang mempertahankan pangkat tinggi terhormat.

Kuburan Dt. Rajo Pangulu (Pemimpin perang di Kamang Hilir) dan istrinya Siti Asiah

~Sehidup Semati~ Kuburan Dt. Rajo Pangulu (Pemimpin perang di Kamang Hilir) dan istrinya Siti Asiah

Selepas perang di Bukittinggi keadaan sungguh mencekam, tentara patroli dimana-mana, siang malam, menanggalkan pakaian dinaspun tak ada waktu. Pasar sepi, lapau tutup,anak-anak takut ke sekolah. Kendaraan umum tidak kelihatan. Pedati-pedati pengangkut bahan makanan tidak datang, gedung-gedung penting pemerintah dijaga ketat. Hubungan kawat Padang-Padang Panjang putus, juga telfon Padang Panjang-batusangkar. Ada juga jalan kereta api yang dirusak.

Suasana takut semakin bertambah sewaktu terdengar kabar lebih kurang 5 Km dari Bukittinggi penduduk siap untuk menyerang kota Bukittinggi sebagai balas dendam atas Kamang. Itu sebabnya jalan ke Bukittinggi ditutup. Rumah-rumah digeledah, tentara mencari pemimpin rakyat yang diduga bersembunyi. Tidak kurang dari 4 brigade terus menerus patroli di Kamang setelah pertempuran. Gubernur memperketat lagi larangan membuat dan dagang senjata tajam, semua bengkel besi dijaga ketat, namun pamflet-pamflet anti pajak, perang sabil dan mati syahid tetap beredar.

Penangkapan-penangkapan pihak yang terlibat terus dilakukan pihak Belanda. Empat orang pimpinan pasukan dibuang dan diasingkan ke daerah lain, termasuk di dalamnya Dt. Palindih (Laras Kamang) dan Kari Mudo, 6 orang dihukum ke Padang, 6 orang dapat meloloskan diri dari tangkapan Belanda, serta terdapat 20 pejuang hidup yang cacat akibat perang.

~~~

Begitulah pendirian orang Kamang saat itu dalam memegang Syari’at dan Adat, berani berjuang di jalan yang benar. Tidak menghambakan diri dan tidak mau tunduk kepada sesama makhluk, tapi hanya mau menundukkan kepala dan patuh kepada Allah SWT. Suatu sikap yang harus  menjadi panutan bagi generasi sekarang.

Keempat patung pahlawan yang setia berdiri di simpang pintu koto juga seolah ingin selalu mengingatkan kepada kita “Contohlah perjuangan kami nak, tiada kami mau tunduk kepada siapapun kecuali Allah, tiada kami takut kepada suatu apapun kecuali Allah, bahkan kematian sekalipun berani kami hadapi”. Sungguh sebuah bentuk keteguhan hati yang sangat luar biasa.

IMG_2451

~~~

Mengemis Kasih

Mengemis Kasih

Tuhan dulu pernah aku menagih simpati
Kepada manusia yang alpa jua buta
Lalu terheretlah aku dilorong gelisah
Luka hati yang berdarah kini jadi kian parah

Semalam sudah sampai ke penghujungnya
Kisah seribu duka ku harap sudah berlalu
Tak ingin lagi kuulangi kembali
Gerak dosa yang menghiris hati

Tuhan dosa itu menggunung
Tapi rahmat-Mu melangit luas
Harga selautan syukurku
Hanyalah setitis nikmat-Mu di bumi

Tuhan walau taubat sering kumungkir
Namun pengampunan-Mu tak pernah bertepi
Bila selangkah kurapat pada-Mu
Seribu langkah Kau rapat padaku

Album : Gema Alam
Munsyid : Raihan
http://liriknasyid.com

Seminar Nasional Perguruan Silat Tadjimalela

IMG_0505Penyerahan plakat dari Ketua Pelaksana Kegiatan (Muhammad Aulia Rochmat) kepada bapak Mayjen TNI Purn Dr. HC H. Eddie Marzuki Nalapraya

Perguruan Silat Tadjimalela merupakan salah satu Perguruan Silat yang berasal dari kota Bandung didirikan oleh Raden Djadjat Koesoemahdinata pada tahun 1974, namun sampai sekarang perguruan ini baru berkembang di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI, maka sudah saatnya Perguruan Silat Tadjimalela berkembang lebih luas lagi ke seluruh Indonesia bahkan hingga ke mancanegara mengingat Perguruan Silat Tadjimalela adalah perguruan silat yang tidak bisa dipandang sebelah mata karena sudah beberapa kali menghantarkan Indonesia sampai ke event Sea Games bahkan kejuaraan dunia, namun untuk pengembangan sendiri perguruan Tadjimalea masih berkisar di Pulau Jawa bagian barat.

Berangkat dari hal tersebut maka Unit Kegiatan Mahasiswa Perguruan Silat Tadjimalela Unit Latihan Universitas Pendidikan Indonesia (UKM P.S. Tadjimalela Unlat UPI) mengadakan kegiatan Seminar Nasional bertemakan “Langkah-langkah Strategis Perguruan Silat Tadjimalela Go Internasional” dengan Bapak Eddie Marzuki Nalapraya sebagai narasumber dalam acara ini. Beliau merupakan tokoh yang mengembangkan pencak silat di tingkat dunia dengan mendirikan PERSILAT atau Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (satu-satunya organisasi internasional Pencak Silat di dunia) pada tahun 1980 dan sekaligus menjabat sebagai Presiden PERSILAT sampai tahun 2010.

IMG_0325

Pembukaan acara secara resmi oleh Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum.

Tercatat lebih dari 200 undangan yang terdiri dari Para pelatih, Anggota, Dewan guru, Dewan pendekar, Sesepuh serta Simpatisan Perguruan Silat Tadjimalela datang dari berbagai kota  dan daerah untuk menghadiri acara Seminar Nasional Perguruan Silat Tadjimalela pada hari Minggu, 20 April 2014, pukul 09.00-16.00 WIB, di Auditorium Gedung Fakultas Pendidiakan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (FPOK UPI), Jl. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Acara ini dibuka secara langsung oleh pihak Universitas Pendidikan Indonesia yakni Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kemahasiswaan, Kemitraan dan Usaha, Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum., dan dalam acara inti seminar ini Bapak Mayjen (Purn) H.Eddie M. Nalapraya memberikan sejumlah arahan, motivasi, dan tips-tips untuk pengembangan perguruan Silat Tadjimalela ke depannya hingga bisa menyebar ke mancanegara.

Sejumlah Peserta yang hadir dalam acara ini turut menyumbangkan ide dan pendapat mengenai hal-hal yang bisa dilakukan untuk pengembangan Perguruan Silat Tadjimalela pada sesi ke dua acara ini yakni pada acara Talk Show bersama beberapa narasumber diantaranya Kang Dani Wisnu., S.E (Ketua Dewan Guru), Drs. Maryatno (Anggota Dewan Guru), Kang R. Gandara Budiana (Ketua Umum Perguruan Silat Tadjimalela), dan Kang Ade Rahmanto (Anggota Dewan Pendekar, Mantan Ketua Harian). Tidak hanya ide dan pendapat yang dikemukakan dalam acara talk show ini tapi juga membahas permasalahan-permasalahan di internal perguruan yang mungkin menjadi kendala untuk kemajuan Perguruan Silat Tadjimalela.

IMG_0289

Peserta seminar menyanyikan lagu Indonesia Raya

Dalam acara ini, Perguruan Silat Tadjimalela juga menganugerahkan gelar Bapak Pencak Silat Indonesia kepada Bapak Eddie M. Nalapraya sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas jasa beliau di dunia persilatan. Diharapkan tindakan ini dapat mendorong negara Indonesia untuk memberikan penganugerahan resmi dengan menetapkan beliau sebagai Bapak Pencak Silat Indonesia mengingat gelar Bapak Pencak Silat sebelumnya telah dianugerahkan kepada Bapak Eddie oleh negara Malaysia, Singapura, Brunei, dan sejumlah negara-negara perwakilan Eropa, sedangkan di Indonesia sendiri beliau belum diakui sebagai Bapak Pencak Silat tanah air. Semoga! (AK)

Mengenal Diving

Teringat perkataan dari salah seorang yang berasal dari benua Eropa sana. Kurang lebih kalimatnya seperti ini “Orang Indonesia yang tidak pernah menyelam ibarat seseorang yang punya ferrari tapi tidak pernah dinaiki”.

Pernyataan tersebut dia dilontarkan sekitar 2 tahun yang lalu. Awalnya perkataan bule Cheko yang biasa dipanggil Dadang ini hanya saya dengar sepintas lalu tanpa mencoba menanggapi dan tanpa berusaha mencerna lebih jauh apa yang dia maksud. Ya, maklumlah untuk seukuran anak yang berasal dari daerah perbukitan, jauh dari yang namanya laut, istilah diving atau menyelam merupakan sesuatu yang asing.

Tapi sekitar 1 tahun lalu, tanpa diniatkan kesempatan untuk menaiki “ferrari-nya” orang Indonesia yang dimaksud dadang tersebut saya alami juga. Ternyata apa yang dikatakan bule bernama asli Dalibor Benes ini benar sekali, kita punya harta yang indahnya luar biasa tapi tidak pernah dinikmati.

Ketemu Mr.Turtle langsung di habitatnya

Selama ini lebih banyak turis asing yang mengeksplore alam bawah laut Indonesia dibanding orang Indonesia sendiri. Ada beberapa penyebab, pertama dari jarak dan waktu. Karena lokasi penyelaman yang memang jauh dari pusat kota maka untuk menuju ke lokasi diving cukup menyita waktu sehingga harus benar-benar menyediakan waktu khusus hanya untuk diving.

Kemudian dari segi niat dan keberanian. Banyak juga orang yang tinggal di sekitar diving center tapi tidak mau mencoba diving. Alasannya… takut. Wajar, karena memang diving adalah salah satu olahraga yang beresiko tinggi. Tapi kalau sudah tau ilmunya dan ikuti aturan mainnya akan sangat aman dan dijamin ketagihan.

Satu hal yang diperlukan untuk melakukan diving adalah Diving License yang fungsinya sama seperti Surat Izin Mengemudi untuk kendaraan bermotor. Tapi bagi yang ingin sekedar coba-coba atau sekedar ingin tau rasanya diving, menyelam tanpa diving license juga bisa karena ada beberapa tempat yang tidak mensyaratkan diving license untuk menyelam.

Namun kalau berniat menekuni hobi yang satu ini, sebaiknya ambil diving license dulu, karena ya… itu tadi, diving akan menjadi sangat berbahaya jika tidak tau ilmunya. Contoh kecilnya, ada beberapa kedaan yang membahayakan kesehatan jika tidak memiliki pengetahuan saat menyelam, seperti keadaan berikut:

Barotrauma ~ kerusakan jaringan yang terjadi akibat ketidak seimbangan tekanan pada rongga udara dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya .

Dekompresi ~ yaitu suatu keadaan medis dimana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Akibat dari kondisi tersebut maka timbul gejala yang mirip sekali dengan stroke, dimana akan timbul gejala-gejala seperti mati rasa (numbness), paralysis (kelumpuhan), bahkan kehilangan kesadaran yang bisa menyebabkan meninggal dunia.

Diving License bisa didapat melalui pelatihan selama beberapa hari, biasanya memakan waktu 4 hari-1 minggu. Diantaranya pelatihan mengenai Pengetahuan Akademik Penyelam (PAP) semacam teori yang akan diberikan pada sesi kelas dan ada ujian tulisnya. Kemudian teknik menyelam yang akan dipelajari ketika Latihan Keterampilan Kolam (LKK) dan terakhir Latihan Perairan Terbuka (LPT) atau biasa disebut dengan Sertifikasi Open Water.

Semua itu diperlukan untuk melatih kemampuan kita saat berada di dalam air, juga kemampuan menjaga diri untuk keamanan, dan ini sangatlah penting. Sebagaimana warning yang saya kutip dari blog tetangga “Jangan pernah mengambil resiko dengan menyelam di laut tanpa mengetahui dan memiliki skill yang memadai.”

Contoh kartu sertifikat selam (certification card)

Tidak bisa berenang juga kerap dijadikan alasan untuk tidak mencoba olahraga ini. Kemampuan berenang tidak mutlak sebagai syarat untuk diving. Tidak bisa berenang tidak masalah, yang penting bisa tenggelam. Tidak bisa tenggelampun bukan masalah, nanti dikasih batu pemberat.

Namun hal yang terpenting tetap saja, money. Untuk mendapatkan diving license saja menghabiskan kocek yang lumayan. Kisaran biaya sertifikasi diving di Indonesia sama saja dengan rata-rata di dunia mulai dari 2 juta hingga 4 juta, tergantung masing-masing daerah dan tergantung fasilitas yang diberikan.

Untuk mendapatkan diving license, ada  dua organisasi sertifikasi penyelaman terbesar di dunia yaitu PADI dan SSI, perbedaannya bisa di cek di  sini http://www.belajar-diving-bali.com/padi-vs-ssi.html.

Karena rata-rata diving center tidak mengizinkan untuk menyelam jika tidak memiliki license, maka keutungan jika telah mendapatkan sertifikasi diving adalah bisa diving di diving center manapun di seluruh dunia. Waaaooowww..

Bagi kita yang masih mahasiswa sepertinya diving memang berat. Berat di kantong. Tapi setelah bekerja nanti dan punya penghasilan sendiri, maka cobalah olahraga yang satu ini. Banyak manfaat dan banyak kesenangan yang didapat.

Walaupun tayangan bawah laut sudah banyak disiarkan di televisi, namun melihat secara langsung pemandangan bawah laut melalui kegiatan menyelam akan jauh berbeda, karena ada sensasi tersendiri yang membuat damai saat menyadari bahwa kita sedang ikut dalam tarian ikan atau penyu. Sungguh menyenangkan.

Saat diving kita juga akan merasa seperti terbang, melayang di antara terumbu karang, bebas menikmati dunia laut tanpa harus repot dengan urusan pernafasan, tidak seperti snorkeling yang selalu mengharuskan kita untuk mengambil nafas ke permukaan. Lagipula melalui snorkeling akan sangat susah untuk bisa menemukan penyu, ikan duyung, ikan pari atau makhluk laut lainnya secara langsung di habitatnya, paling hanya ikan kecil bewarna-warni dan terumbu karang yang tidak terlalu bagus. Juga jangan khawatir akan bertnya tabung gas, karna setelah berada di laut tabung gas tidak akan terasa berat sama sekali.

Pemandangan di depan mata yang jauh berbeda dari pemandangan di darat akan mampu membuat kita terpesona karena kita seolah ditarik masuk ke dunia lain yang sungguh menakjubkan. Disamping itu dengan kegiatan diving, liburan akan lebih menarik dibanding sekedar jalan-jalan, foto-foto, atau hanya bermain air di pinggir pantai.

Olah raga menyelam ini dapat menumbuhkan kesadaran diri untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Menumbuhkan kesadaran orang lain juga bisa, melalui pengalaman berharga yang di share ke orang lain sambil mengingatkan supaya tidak melakukan hal-hal bodoh yang dapat merusak laut. Karena setelah melihat dengan mata kepala sendiri, kita akan semakin sadar ternyata begitu banyak hal menakjubkan di bawah sana, yang sayang sekali jika dirusak atau dimusnahkan.

So, bagi yang punya niat, keberanian, waktu dan biaya, jangan ragu, cobalah salah satu olahraga yang menyenangkan ini.

MY NAME IS KHAIRA ~ sedikit cerita mengenai ilmu tajwid

ImageAku adalah satu dari ratusan atau mungkin ribuan wanita yang diberi nama Annisa. Nama yang “pasaran” memang. Tapi walau bagaimanapun, itu adalah wujud cinta dari orang yang telah memberikan nama tersebut. Jadi, mau sampai kapanpun juga nama ini akan terus kupakai. Ya iya lah, udah ada di ijazah, akte, KTP, de el el, bakal ribet lagi kalau diganti. Hehehe.
Khairunnisa’, itu harusnya namaku, diambil dari bahasa arab yang artinya “sebaik-baik wanita” dengan harapan kelak aku bisa menjadi wanita yang baik, baik akhlaknya, baik parasnya, baik hatinya, baik segalanya, Aamiin. Tapi entah siapa dulu yang merasuki ayahku akhirnya dengan alasan estetika maka nama itu dirubah sedikit, jadilah ia Annisa Khaira. Nah loh.. Annisa khaira apa coba artinya? Ada-ada aja emang, ngasih saran masa pertimbangannya estetika doank.
Ya sudahlah, sudah 22 tahun berlalu, mau digimanain lagi. Tapi yang perlu diingat, nama belakangku itu “Khaira” ya, dengan “a”, karena entah kenapa di tanah jawa ini orang-orang seenaknya saja menukarnya menjadi “Khoiro” bahkan lebih parah, “Hoiro”. -_-“
Aku sempat memprotes hal ini ke beberapa teman. Tidak ada duruf “o” dalam bahasa arab. Huruf alif pun jika diberi tanda baca fathah (baris di atas), kashrah (baris di bawah) dan dhammah (baris di depan) adanya juga masing-masing pelafalannya jadi “a”, “i”,dan “u”, ga ada itu “o”, tanda baca seperti apa coba yang bisa merubah pelafalan huruf alif menjadi “o”? ga ada kan? Tapi ada teman yang kekeuh bilang kalau huruf “Ra” dikasih tanda baca fathah bacanya jadi “Ro”. Loh? Aku jadi mikir, kalau huruf hamzah atau alif kenapa bacanya ga “O” juga? Kenapa yang jadi “Hoiro” itu hanya nama belakang? Kenapa ga sekalian aja “Onniso Hoiro”.
Belakangan aku kembali mengingat-ingat pelajaran tajwid saat di MDA (Madrasah Diniah Awaliyah), apa aku yang salah waktu belajar mengaji dulu, atau pemahaman orang-orang disini yang sedikit berbeda. Maka setelah ditelaah lebih lanjut dan dipikir-pikir lagi sepertinya memang ada perbedaan pemahaman, soalnya tidak hanya namaku yang menjadi berbeda, karna ternyata “Allah” pun menjadi “Alloh”.
Berdasarkan ilmu tajwidku yang masih dangkal, ada beberapa huruf hijaiyah yang mengalami perubahan ketebalan pelafalan dalam beberapa kasus. Eh, kok kaya pelajaran IPA ya? Menebal, menipis, memuai, menyusut.
Oke kembali ke masalah tadi. Ada kondisi dimana beberapa huruf hijaiyah ketika diberi tanda baca fathah dia menjadi tebal. Misalnya huruf Qaf, Ra, Kha, dan “Lam double” seperti yang terdapat dalam kata “Allah” tadi. Nah, karna saking tebal pelafalannya maka seolah-olah menjadi Qo, Ro, Kho dan Alloh, padahal “tidak”. HANYA SEOLAH-OLAH, seolah-olah huruf “a” menjadi “o”, tetapi sejatinya tetap “a”. Seolah-olah berubah menjadi o karena tebalnya huruf yang dibaca.
Susah memang menjelaskannya jika tidak dipraktekkan langsung. Tapi coba deh dengerin imam-imam yang sangat fasih bacaannya, contohnya imam-imam masjidil haram, ga ada yang bacanya “Bismillahirrohmaanirrohiim” pasti “Bismillahirrahmaanirrahiim” dengan pelafalan huruf Ra yang tebal.
Sebenarnya ini bukan hal yang besar tetapi fatal, fatal jika membaca Al-Quran tanpa mempelajari ilmu Tajwid, karena bahasa arab itu unik, sangat unik. Salah sedikit saja pelafalan, atau salah sedikit saja panjang atau pendeknya maka artinya akan jauh berbeda. Berikut contoh sederhananya:
Kata “Qalbu”
Jika huruf Qaf dibaca tipis seperti huruf Kaf,  jadi bacanya Kalbu, maka kata tadi akan sangat jauh berbeda artinya, Ga percaya? Nih:
Kalbu /  كلب , artinya = anjing
Qalbu / قلب , artinya = hati
Kalau masih ga percaya silahkan cari di kamus Bahasa Arab atau google translate aja biar gampang.
Nah, intinya dari curhatan yang panjang lebar ini, mari luangkan sedikit saja waktu kita untuk belajar ilmu tajwid kalau bisa belajar Bahasa Arab juga. Jangan hanya Bahasa Inggris aja yang di asah, les sana-sini, kursus dimana-mana. Bukan apa-apa sih, soalnya tar di akhirat malaikat nanyanya juga pake bahasa arab kan bukan bahasa Inggris. hehehe.
Ga, maksudnya, akan lebih bagus jika kita mengerti, cukup mengerti saja, ga usah mahir bahasa arabnya. Soalnya bete kan kalau misalnya pas Ramadhan lagi tarawehan imamnya baca ayatnya panjaaaaaannnnggggg banget, satu rakaatnya itu satu juz misal. Bete kan ngedengerinnya, ga ngerti sama sekali, ya capek, ya ngantuk, boro-boro khusyu deh. Hehe.
Nah kurang lebih begitulah, semoga tulisan yang iseng-iseng ini dapat bermanfaat juga.
Sampaikanlah walau satu ayat. ^_^

Anak Tunggal (Si Tungga Babeleng)

Apa yang terlintas di kepala anda saat mendengar “Anak Tunggal?”
Yap, manja, cengeng, ga mandiri, egois.
Image
Sumber: Internet
Rata-rata anak tunggal memang seperti itu, tapi aku rasa tidak semua. Tidak semua anak tunggal itu manja, cengeng, ga mandiri, tapi egois itu pasti. Walau ada anak tunggal yang egoisnya ga terlalu parah, namun untuk seorang anak tunggal, sifat yang satu ini mutlak buat dia, dan dalam beberapa kasus sifat egois ini lebih cendrung ke dalam bentuk sikap cuek atau masa bodo’.
Menurutku, wajar anak tunggal itu egois, karna di dalam keluarga perannya bukan sebagai si pemberi perhatian tapi penerima perhatian. Dia terbiasa menerima perhatian orang-orang sekitarnya, dia terbiasa menjadi pusat perhatian, dia terbiasa menjadi “the only one”, dan dia tidak terbiasa untuk berbagi. Jadi bagi yang punya pacar anak tunggal jangan coba-coba berbagi cinta, apalagi mendua, siap-siap saja menerima amukan besar. Hehe.
Banyak yang bertanya, “enak ya jadi anak tunggal?”. Beuh… enak dimana nya? Kalo dari segi materi okelah enak, ga perlu birokrasi yang rumit ketika ingin mengajukan proposal keinginan, rata-rata langsung acc, soalnya ortu ga akan mikirin pengeluaran buat anaknya yang lain (ya iya lah, kan ga punya). Lalu ga enaknya dimana?
Oke, pertama, semua tugas rumah harus dikerjakan sendiri, mulai dari nyapu, ngepel, nyuci baju, nyuci piring, nyetrika, masak, ngebersihin wc, ngeberesin kamar, ngeberesin pekarangan. Ga ada yang namanya “berbagi tugas”. Kalau yang punya sodara kan enak, misal si kakak yang masak, si abang yang nyuci, si adek yang bersihin rumah, ga kan terlalu capek. Kalau anak tunggal mau berbagi sama siapa? Berbagi tugas sama ortu? Yaelah ortu udah sibuk nyari duit, yang ada juga kena omel “Udah segede ini masih nungguin orang tua buat nyuciin baju sendiri? Ga tau apa, orang tua udah capek kerja… dan bla bla bla”.
Mungkin anak tunggal yang lain nasibnya tidak seperti ini, eh maksudnya tidak seperti aku. Tapi karena ini adalah ceritaku, maka cerita anak tunggal dalam tulisan ini ya, pengalamanku sendiri, anak tunggal versi aku.. hehehe, ga papa lah ya. Curcol.
Nah, kedua, kesepian. Saat ortu sibuk kerja, nenek udah ga ada, om tante rumahnya jauh, tetangga sebelah pada ga di rumah, yang di rumah cuma kucing yang itupun kerjaannya tidur mulu, trus turunlah ujan gede, si anak tunggal mau ngobrol ama siapa? Mau main ama siapa?. Ini hanya contoh ya, walau maksud yang sebenarnya kesepian disini lebih ke ga ada teman buat becanda, ga pernah ngerasain yang namanya berantem sama sodara, ga pernah ngerasain kangen kalo jauh dari kakak atau adik.
Ini sepertinya yang membuatku di saat-saat tertentu lebih suka sendiri, kemana-mana sendiri, ngapa-ngapain sendiri, dan itu ga masalah, malahan terkadang bete banget kalo lagi sendiri, lagi menikmati waktu buat diri sendiri trus tiba-tiba ada yang ngeganggu. Eh, tapi itu kayaknya bukan aku doank kali ya, semua orang butuh privasi, ada waktunya buat kumpul-kumpul, ada waktunya juga buat sendiri. Ini juga harus digarisbawahi, “I am alone, but I’m not lonely”.
Dari dua hal ga enaknya jadi anak tunggal tadi ternyata manfaatnya banyak banget. Dulu aku pikir ibu terlalu kejam, ya iyalah coba liat anak tunggal lain, dimanja-manja, ga usah masak, ga usah bersih-bersih rumah, ga usah kerja, soalnya takut tar anak semata wayangnya capek, turs sakit, atau celaka, sedangkan aku? Malah disuruh ini dan itu.
Ibuku sepertinya mengerti lebih awal, karena sebenarnya aku bukan satu-satunya anak tunggal di keluarga besar. Sepupuku juga tunggal, dan karena dia tidak pernah didik untuk bermanja-manja maka kakak sepupuku tumbuh jadi gadis yang super.
Mungkin dari sana ibu langsung mengerti bahwa anak yang dimanja tidak akan pernah bisa berdiri di kakinya sendiri, dan kerasanya itu ya sekarang-sekarang ini, ketika harus berpisah dengan ibu, sekolah di negri orang. Walau ada sanak sodara tetap saja mereka orang lain yang tidak mengerti kita layaknya orang tua kita sendiri. Tapi itu bukan masalah besar, aku ga canggung lagi ketika jauh dari orang tua, karna sudah terbiasa sendiri tadi, ngurus diri sendiri, maka jadilah aku anak tunggal yang mandiri dan ga manja. Hehe.
Image
Sumber: Internet
Ini sebenarnya juga pelajaran penting buat kita semua, para calon orang tua. Bukan hanya pelajaran buat calon orang tua yang mau punya satu anak saja, tapi semua calon orang tua. Saking cintanya kepada anak, tidak lantas membiarkan anak bertingkah sesukanya, atau menuruti semua apa yang mereka mau tanpa memberi pemahaman kepada mereka. Jika itu yang di praktekkan dalam mendidik anak, maka tinggal menunggu waktu saja, si anak akan menjadi bos besar yang tak segan berteriak kepada orang tuanya, menyuruh orang tua ini dan itu layaknya menyuruh babu.
Anak itu ibarat kertas kosong, putih, bersih dan orang tualah yang akan menjadikan kertas itu seperti apa,  mau menggambarkan apa di atas kertas tersebut, mau menuliskan apa, atau mau membentuk kertas itu menjadi apa, begitu juga dengan anak, seperti apa seorang anak kelak, maka itu sangat tergantung dari pemahaman apa yang ditanamkan orang tua kepada anak tersebut .
So, bagi para calon orang tua, persiapkan dari sekarang, mau menjadi orangtua seperti apa kita kelak, anak-anak seperti apa yang ingin kita cetak kelak, persiapkan diri dari sekarang, pelajari ilmu-ilmunya. Ga usah malu, ga apa-apa belum punya calon juga, toh suatu hari nanti peran itu pasti akan kita ambil, kecuali kalau mau membujang selamanya. Hehe… amit-amit naudzubillah.